Jumat, 27 Maret 2015

Senja Kota London



            Seorang mahasiswa tingkat akhir bernama Surya sedang galau akut karena skripsinya lagi-lagi harus direvisi total. Situasi ini membuat Surya terpikir untuk melakukan sesuatu yang membuat jenuh dan jengah itu hilang darinya. Berbagai kesenangan ia lakukan untuk menyegarkan pikiran, namun itu percuma karena tak mampu menjadi solusi untuk mengem-balikan moodnya.
            Suatu pagi, saat Surya sedang jogging di sekitar perumahannya, ia melihat seorang anak laki-laki terjatuh saat berlari-lari. Lalu seorang anak perempuan lekas mengulurkan tangan untuk membantu anak lelaki itu dan berkata, “Jangan nangis ya, kamu kan laki-laki.” Untuk alasan tertentu, anak laki-laki yang tadinya seperti menunjukan raut wajah yang siap merengek dan meringis, tidak jadi menangis.
            Dengan refleks Surya mengambil handphone dari saku celananya dan mem-foto kedua anak tersebut. Setelah itu, ia pun kembali melanjutkan jogging.
            Seperti mendapatkan inspirasi dari kejadian yang dilihatnya itu, sesudah membersihkan diri dan sarapan, Surya duduk menatap laptop didepannya. “Upload foto tadi ah, siapa tahu bermanfaat buat orang banyak.” Ia lalu mulai memposting foto kedua bocah itu di akun twitter dengan deskripsi singkat tentang foto tersebut sambil menambahkan hastag #BetterWorld. Setelah ia memposting itu, mulai banyak mention yang masuk ke akun twitter miliknya. Surya pun melanjutkan aksi-aksi memfoto kegiatan saling menolong seperti sebelumnya. Bukan hanya memfoto Surya juga merekam video kejadian-kejadian semacam itu.
            Saat perjalanan menuju kampus, ia memfoto pemuda yang mengembalikan dompet jatuh milik seorang ibu di jembatan penyebrangan. Ia juga merekam aksi seorang kakek menolong kucing yang terpincang di jalan raya, saat ia berjalan di trotoar. Hingga aksi pemadam kebakaran yang heroik tak lepas direkamnya secara ekslusif. Semua itu dilakukan dengan handphone yang setia menemaninya.
            Postingan demi postingan Surya di twitter mulai ramai jadi perbincangan. Orang-orang yang terinspirasi mulai mengikuti apa yang dilakukan Surya. Hastag #ForBetterWorld pun menjadi trending topic. Dan puncaknya, ia mendapat mention dari sebuah komunitas pemuda di London, Inggris yang peduli terhadap isu-isu perubahan sosial, yang mengundangnya untuk menjadi tamu kehormatan di acara konferensi yang mereka akan adakan di London. Surya menyambut positif undangan tersebut dan siap untuk terbang ke negeri Ratu Elizabeth itu. Walau ia sedikit tidak menyangka apa yang dilakukan yang pada awalnya hanya untuk berbagi itu, kini menjadi seperti virus kebaikan.
***
            Pukul dua dini hari Surya tiba London setelah menempuh perjalanan 14 jam lamanya. Di sana ia disambut oleh dua orang laki-laki tinggi-jangkung sebagai perwakilan dari komunitas yang mengundangnya. “Welcome to London, Mr. Surya.” ucap salah seorang, dibalas sebuah anggukan dan senyum dari Surya.
            Cuaca saat itu dibawah 5 derajat celcius, sehingga asap kerap terhembus dari mulut saat berbicara. Syal dan jaket tebal serasa tak ada pengaruh. Surya sesekali mengepal-epalkan keduan tangannya. Kedua orang itu lalu mengantar Surya beristirahat di hotel sekitar bandara.
            Mentari pagi menyapa dengan sinar yang menembus celah jendela. Pagi itu cuaca masih mulai hangat, tak sedingin malam. Sehari itu Surya diberi kesempatan untuk menikmati kota dengan luas 244.088 kilometer persegi tersebut.
            You can take a rest or come around to enjoy London city for today, Mr. Surya. The conference is tomorrow.” Tutur salah seorang laki-laki itu. Setelah waktu istirahat dirasanya cukup, ia pergi menjelajahi kota London dengan ditemani salah seorang dari mereka.
            Ia pergi ke salah satu jalan paling terkenal di London yaitu Baker Street, yang tak lain adalah tempat di mana detektif hebat Sherlock Holmes pernah tinggal. Ia juga menyusuri Downing Street yang merupakan tempat tinggal Perdana Menteri Inggris. Ia lalu ke pusat kota. Demi melihat megahnya arsitektur yang kuat akan unsur seni, rasa kagum dan takjubnya jelas terpampang di wajah ketika melihat bangunan-bangunan kota yang memadukan sejarah dengan modernitas. Creativity is GREAT! Itulah yang ada dalam benaknya.
            Hari itu adalah akhir pekan, selain warga lokal banyak pula turis dari negara lain yang sengaja mengisi waktu liburnya di kota itu. London memang terkenal sebagai kota destinasi wisata, tak heran lebih dari delapan juta turis tiap tahunnya datang kesini. Tak terasa hari mulai sore, ia pun kembali ke hotel untuk menyiapkan hari esok.
            Keesokan paginya, Surya dijemput menuju tempat konferensi. Meski tak begitu mahir, tapi Bahasa inggris yang dipelajari dari subtitle film atau lirik-lirik lagu cukup menjadi bekal. Tiba di tempat tujuan, Surya lekas menempati tempat duduk yang sudah disediakan untuknya. Meski ini forum kaliber internasional yang pertama baginya, tapi ia tak merasa insecure karena memang sudah terbiasa dengan diskusi kampus. Hanya gerogi saja sesekali menyerang mentalnya.
            Giliran Surya untuk berbicara pun dimulai. Orang-orang sangat antusias menyimak tiap kata yang diucapkan. Sebagian besar dari mereka terkagum dengan kepekaan Surya akan isu kepedulian sosial, tolong-menolong, dan altruisme yang sebenarnya sangat sepele namun esensial. Tidak seperti skripsi yang menurutnya terlalu membatasi, berbicara di depan publik dengan pemikiran orisinil lebih mem-buatnya enjoy. Pertanyaan demi pertanyaan pun dijawabnya dengan meyakinkan, sehingga tak ada audiens pengkritik yang satir. Tepung tangan dari penonton pun menutup penampilan Surya.
***
            Ini adalah hari terakhir Surya di London. Sore itu ia berjalan seorang diri ke sebuah tempat yang menjadi landmark kota London yaitu London Bridge. Setelah itu, ia menuju tempat di mana London Eye berada. Surya sangat ingin menutup kunjungan ke kota itu dengan melihat segala keindahan sudut kota. London Eye lah tempatnya. Sebuah kincir angina raksasa yang mampu memberikan pengalaman dan sensasi tak terlupakan karena keindahan yang tak ternilai harganya.
            Langit senja merona, matahari yang terasa begitu dekat mulai tenggelam. Surya menghela nafas seraya bersyukur karena niat berbagi kebaikan itu telah membawanya sejauh itu ke London. Malam telah menjemput, Surya lekas menuju bandara untuk bergegas pulang ke Indonesia. Beberapa hari saja di London telah membuatnya jatuh cinta kepada kota itu. Akan tetapi, bagaimana pun Indonesia adalah tempat paling nyaman untuknya.
*****

Oberyn Martell: pangeran muda dari Dorne, petarung yang tangguh, dan memiliki julukan "Red Viper"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar